Baiklah, ini tepat empat purnama kita berpisah. tepat empat purnama aku mengharu biru dalam gelapnya malam tanpa purnama mu. tepat empat purnama aku berjalan dengan setengah jiwa. tepat empat purnama aku berkutat dengan luka dengan pemulihan diri sendiri, dengan keharusan untuk menerima kenyataan.
waktu yang dilalui bersama kamu memanglah tidak panjang, tapi rasa yang pernah ada begitu dalam. hingga sulit bagiku membedakan mana angan dan mana realita jika sedang bersamamu. aku menjadi seseorang yang berbeda, menjadi bukan aku, menjadi lebih periang, lebih wanita, karena berada disisimu.
minggu pertama kita berpisah, aku masih berada di alam bawah sadarku. masih memisahkan antara angan dan mimpi buruk yang telah menjadi kenyataan. lalu minggu selanjutnya berubah menjadi luka, aku terluka dan masih enggan bertemu sapa denganmu. masih kaku terhadapmu. setelah dua purnama berlalu tanpa kehadiranmu di kampus kita, aku mulai mengkhawatirkanmu. mulai melunak untuk tetap menjadi penyemangatmu sesuai janjiku, tanpa ingin menasihatimu. aku hanya khawatir, denganmu, dengan kuliahmu. lalu aku mulai terbiasa dengan perubahan status kita, mulai sehalus mungkin ketika berada bersamamu dengan yang lainnya - berusaha keras!! meski aku tau - aku masih terlihat kaku. namun apa dayaku, ini hanya usaha yang bisa aku lakukan agar kamu tetap nyaman berada di kampus. agar kamu tetap semangat untuk kuliah, agar kamu tidak terbebani perasaanku. meski beban itu ku alihkan pada hidup dan hatiku.
ya, sejak aku memutuskan memberikan kenyamanan untukmu. berpura - pura bertahan tanpamu meski sebenarnya sudah tak tahan lagi, namun aku diam. aku berusaha untuk bertahan, demi kamu. demi perasaanmu dan segala tentang kenyamanan kamu. hanya itu.
aku terluka, aku terhenti dalam bayangan masa lalu yang masih belum terselesaikan. dan aku mengalami kesulitan untuk terus maju melanjutkan hidupku. pekerjaanku terabaikan, skripsiku berhenti tanpa bisa berlanjut meski semua tenaga dan usaha telah ku kerahkan. nyatanya, aku masih disini. ditempat yang sama.
aku semakin terluka karena ternyata aku tetap tak bisa melanjutkan hidupku hanya karena masalah hati, masalah rasa. sebegitu hebatnya kah kamu?! sehingga mampu meluluh lantahkan seorang aku yang ambisius.
aku tau bagaimana caranya untuk berhenti, aku hanya perlu menyelesaikan apa yang menurutku belum selesai. aku hanya perlu tau alasan jujurmu melepaskan aku, menghilangkan rasa penasaranku. tidak lewat pesan singkatmu, tapi lewat tatapan matamu. setelah itu maka semuanya selesai. mungkin kamu berpikir bahwa aku GILA, bahwa aku tidak waras dengan memohon padamu untuk bisa bertemu dan duduk berdua dalam satu meja, hanya berdua untuk bicara. mungkin kamu berpikir bahwa aku adalah perempuan tidak tau malu yang merendahkan harga diriku hanya untuk hal itu. hal yang menurut orang lain mudah.
tapi aku harus apa lagi?? hanya itu caraku untuk bisa menyelesaikannya, aku sudah tidak kuasa lagi bertahan dalam kepura - puraan. aku sudah frustasi menghadapi diriku sendiri yang masih berdiam dalam bayanganmu. aku benci pada diriku sendiri. apa yang harus saya lakukan untuk menghentikannya, menghentikan segala rasa yang saya rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar