Sabtu, 05 November 2016

Dilema tak Berujung

Malam senyap, ini malam ke empat frustasi begitu melanda hati.
Terlebih bayi mungil sedang menjadi sangat merajuk, tidur lebih dari tengah malam, dan sang ayah tidak bisa disalahkan dg tumpukan pekerjaannya yg menuntut untuk diselesaikan.

Berharap ada keajaiban, berharap masalah demi masalah bisa tersampaikan dg mudahnya demi ketentraman hati.
Namun lelah, mengapa hanya diam n gundah yang menyapu raga? Bahkan dalam sujud hanya tersisa basah yang beralaskan sajadah.

Dilema. Menjadi sarkastik jika didengarkan. Sepenggal kata klise jika diungkapkan.
Bahkan dalam canda sulit untuk mengungkapkan.

Seluruh kebaikan n keikhlasannya membela keluarga, membuat jiwa remuk luluh lantah. Lumer bagai mozarela, meleleh bagai plastik yang terbakar.
Hingga merasa harus merubah haluan, demi membayar keikhlasan sang suami.
Harusnya bahagia yang dirasa dengan beribu-ribu pengertian dan perhatian yang dia berikan, ratusan fasilitas yang disajikan, bimbingan ilmu agama yang tak pernah luput tiap harinya dilakukan, lalu apalagi yang dibutuhkan?Hampir tak ada.
Harusnya aku merasa Bahagia.

Sedihnya tidak, rasa hati kelu. Bertanya-tanya apa yang harus kulakukan?

Jakarta,
05 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar